BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.
Segala puji bagiAllah Swt, Shalawat dan Salam semoga tercurah atas se-baik-baik makhlukNya, Sayidina Muhammad, dan keluarganya, serta sahabatnya, juga para pengikutnya hingga hari kemudian.
Seperti pula Syeikh al-Allamah al-Imam Jalaluddin as-Suyuti, Beliau dalam kitabnya yang berjudul ( NATIJAT AL-FIKR FI AL-JAHR BIZZIKR ) –Hasil penelitian sekitar suara keras dalam dzikir. Beliau mencatat 25 hadis .
Baiklah kita diskusikan disini beberapa hadis sahih, yang menjelaskan masalah ini secara tuntas, sehingga dapat meyakinkan para pencari kebenaran dan pencinta Sunnah dan sekaligus mengoreksi pendapat-pendapat yang tidak didasari pada ilmu yang seharusnya.
صحيح البخارى - (ج 24 / ص 246)
- حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً » . طرفه 7505 ، 7537 - تحفة 12373 - 148/9
Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda ; Allah berfirman :” Aku akan seperti yang diyakini oleh hambaKu. Dan Aku akan selalu bersamanya bila ia menyebutKu, bila ia menyebutKu dalam dirinya, Aku sebut dia dalam diriKu, bila ia menyebutKu dihadapan halayak ramai, maka Aku akan menybut dia dihapan halayak yang lebih baik,…. ( H.R Bukhari, Muslim. )
Perhatikan bagaiman Allah Sawt, membalas dzikir dihadapan halayak ramai yang lebih baik, dan menjelaskan keutamaannya, dapat dipahami disini, bahwa dzikir ini dilakukan dengan suara yang didengar oleh halayak ramai, karma bagaimana mungkin dzikir yang dilakukan dengan suara rendah atau tidak disuarakan dapat disebut dzikir ditengah halayak ramai, dan lalu apa pentingnya disebut halayak ramai disini bila dzikir itu dilakukan dengan suara rendah atau tidak disuarakan sama sekali. Maha suci Allah yang tidak akan pernah berfirman sia-sia.
صحيح البخارى - (ج 3 / ص 421)
- حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِى عَمْرٌو أَنَّ أَبَا مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - . وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ . طرفه 842 - تحفة 6513
Dari Ibnu Abbas, r.a ia berkata:” Ketahuilah sesungguhnya mengeraskan suara dalam dzikir setelah selesai Shalat wajib, biasa dilakukan pada masa Rasulullah Saw. Dan aku tahu bila mereka telah selesai Shalat wajib ketika aku mendengar dzikir mereka. ( H.R Bukhari, Muslim. )
Demikianlah yang dikerjakan para Sahabat, r.a, dan Nabi Muhamad Saw ada di-tengah-tengah mereka, melihat dan mendengar. Apakah ada lagi selain mereka yang perlu diikuti ? apakah mengikuti para shahabat itu dikatagorikan bid’ah yang munkar, apakah mungkin Rasulullah Saw menyetujui kemunkaran atau sesatu yang bertentangan dengan al-Qur’an sedetik saja, atau sehari saja ?
Dapat difahami dari hadis sahih ini, bahwa Rasullah Saw dan para shabatnya, selalu membaca dzikir bersama dengan bersuara, sehingga didengar oleh orang yang berada diluar masjid, ketika setiap kali selesai melaksanakan shalat fardhu.
Bila sekarang ada ummat Nabi Muhammad Saw, setelah shalat fardhu berjama’ah, lalu berdzikir bersama, dengan bersuara, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para Shabatnya ketika itu, maka tidak lebih kecuali mereka ingin menghidupkan dan meneladani sunnah Nabi Muhammad Saw. Justru kemudian bila ada yang beranggapan bahwa dzikir bersama dengan bersuara setelah Shalat Fardhu adalah sesuatu yang dilarang oleh agama, kita jadi bertanya agama yang mana yang melarang ? wong Rasulullah Saw Kanjeng Nabi yang wajib kita teladani melakukan dzikir bersama shahabatnya yang mulia, setiap kali selesai shalat berjama’ah.
Jadi bila tidak mau mengikuti dzikir seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para Shabatnya, ya… terserah, itu adalah pilihannya, tapi alangkah berbahayanya bila yang dilakukan oleh Nabi Saw dan para Shabatnya itu, diharamkan, dilarang, disebut bid’ah dan dicap sesat. Naudzubillah min dzalik.
Semoga Allah selalu menuntun kita kejalan yang diajarkan RasulNYA, amin.
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 146)
- حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ أَخْبَرَنِى الْحَجَّاجُ بْنُ أَبِى عُثْمَانَ عَنْ أَبِى الزُّبَيْرِ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا ». قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ ». قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ ذَلِكَ.
Dari Ibnu Umar, r.a berkata,: Ketika kami Shalat bersama Nabi Saw, tiba-tiba seorang membaca : Allahu Akbar kabira walhamdulillahi katsira wa subhanallahi bukratan wa ashila, seketika Rasulullah bertanya, siapa yang membaca bacaan tadi ? maka berkatalah orang itu : Aku wahai Rasulullah. Lantas Rasulullah bertakata : Aku kagum pada baca’an itu, telah dibukakan baginya pintu-pintu langit . lalu Ibnu Umar berkata : sejak saat itu aku tidak pernah meninggalkan membaca apa yang kudengar itu.
صحيح مسلم - (ج 4 / ص 145)
- وَحَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا قَتَادَةُ وَثَابِتٌ وَحُمَيْدٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلاً جَاءَ فَدَخَلَ الصَّفَّ وَقَدْ حَفَزَهُ النَّفَسُ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ. فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَتَهُ قَالَ « أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِالْكَلِمَاتِ ». فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقَالَ « أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِهَا فَإِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بَأْسًا ». فَقَالَ رَجُلٌ جِئْتُ وَقَدْ حَفَزَنِى النَّفَسُ فَقُلْتُهَا. فَقَالَ « لَقَدْ رَأَيْتُ اثْنَىْ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَرْفَعُهَا ».
Dari Anas, r.a.; Seseorang datang dam masuk tergesa-gesa kedalam Shaf shalat, lalu ia membaca : Alhamdulillah katsiran thayiban mubarakan fihi”. Setelah selesaai Shalat Rasulullah bertanya : siapa yang membaca bacaan tadi ? semua Jama’ah terdiam, tidak ada yang berani menjawab, lalu Rasulullah berkata: seseungguhnya orang itu tidak membaca yang keliru, seketika berulah ia berkata : Aku datang tergesa-gesa, untuk shalat, kemudian aku membacanya, Rasulullah lalu bersabda; Aku melihat dua belas Malaikat berebutan untuk mengangkat bacaan itu.
صحيح البخارى - (ج 3 / ص 350)
- حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرِ عَنْ عَلِىِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلاَّدٍ الزُّرَقِىِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِىِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّى وَرَاءَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ » . قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ « مَنِ الْمُتَكَلِّمُ » . قَالَ أَنَا . قَالَ « رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ » . تحفة 3605
Telah berkata Rifa’ah bin Rafi’ : Suatu hari kami sedang Shalat dibelakang Nabi Saw, ketika beliau I’tidal mengangkat kepala dari ruku’ beliau mengucap : Sami’allahu liman hamidah, seseorang dibelakang Nabi Saw lalu membaca : Rabbana walakalhamdu , hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, setelah shalat Rasul Saw bertanya: Siapa yang membaca tadi ?, seseorang menjawab aku yang membaca, bersabda Rasul Saw: Aku melihat tiga puluh lebih malaikat berebutan untuk menjadi yang pertama menulis baca.an itu.
Al-Hafidz Ibnu hajar menulis dalam kitab Syarah al-Bukhari , hadis ini adalah dalil dibolehkannya berdzkir dengan dzikir yang bukan ma’tsurat dan dibolehkannya mengeraskan suara dalam dzikir”.
Sebetulnya lebih dari itu bahwa hadis ini juga merupakan dorongan dan anjuran dari Nabi Saw, bukankah anda saksikan beliau tidak menghardik seorangpun dan tidak melarang yang membuat baca’an baru dan mengeraskan bacaannya, bahkan justru sebaliknya.
Karnanya sangat perlu mempelajari dan memahami sunnah Rasul Saw bagi mereka yang mengingkarinya.